Perpusnas Dukung Pembangunan Perpustakaan Digital Nasional Melalui Center of Excellence
Medan Merdeka Selatan, Jakarta – Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando menerima kunjungan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan dari tujuh provinsi, yaitu Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Sulawesi Selatan, dan Kabupaten Sleman, Kamis, (6/9). Kunjungan tersebut dalam rangka melaporkan perkembangan pembangunan Center of Excellence (CoE ) yang menjadi bagian program pembangunan Perpustakaan Digital Nasional Indonesia, PDNI, yang digagas Perpusnas. Tujuan dibangunnya PDNI adalah untuk memenuhi kebutuhan pemustaka terhadap informasi tentang budaya yang ada di wilayah Indonesia melalui pengembangan perpustakaan serta informasi tentang budaya masyarakat yang ada di wilayah yang telah ditetapkan dengan standar kinerja yang tinggi.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi D.I. Yogyakarta Monika Nur Lastiyani menyampaikan instansinya telah membuat situs web Center of Excellence. “Untuk mendukung pembangunan dan pengembangan Center of excellence budaya Jawa, Dinas Perpustakaan Yogyakarta telah melakukan kegiatan-kegiatan seperti diskusi tentang kebudayaan Jawa, mucopat maupun bedah pustaka langka. Juga pengalihan huruf dan pengalihan bahasa terhadap buku-buku yang berhuruf dan berbahasa Jawa, maupun alih media koleksi budaya Jawa. Selain itu koleksi, sumber daya manusia, infrastruktur serta tata kelola perpustakaan juga ditingkatkan, termasuk kerja sama antarperpustakaan,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur Sudjono menggarisbawahi mengenai local content harus ada petunjuk teknis dan payung hukum. Sudjono memaparkan di Jawa Timur tersebar 8.501 desa/kelurahan dengan 666 kecamatan. Hampir 3.337 desa mempunyai minat bacanya baik. Pemerintah Jawa Timur juga bekerjasama dengan perguruan tinggi, Universitas Airlangga dan Universitas Brawijaya yang telah mensurvey tentang minat baca masyarakat Jawa Timur yang berada di atas rata-rata nasional. “Kami ada tim membaca cepat dimana anak-anak dalam waktu singkat dapat membaca lima belas buku dan me-resume. Itu yang kita ajak untuk sosialisasi ke 38 kabupaten/kota,” ujar Sudjono.
Sedangkan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Barat Ida Hendrawati mengatakan materi yang bisa ditampilkan pada web Center of excellence Jawa Barat sangat banyak namun masih terkendala kurangnya materi yang diinput dikarenakan kendala sumber daya manusia. “Pada 2016 terkait pembudayaan kegemaran membaca di Jawa Barat, kami telah memulainya dari lingkungan keluarga. Bahkan pada tahun ini Dinas Perpustakaan telah melaunchingliterasi keluarga bekerjasama dengan PKK dari kota hingga desa,” papar Ida. Ida juga menambahkan bahwa di tingkat satuan pendidikan bersama dengan Dinas Pendidikan mengembangkan literasi sekolah dengan gerakan membaca 15 menit sebelum belajar. Pada tahun 2015 juga membuat program West Java Leader Reading Challenge yang diikuti oleh dua ribu sekolah dari SD hingga SMA dimana para peserta selain dituntut membentuk kelompok baca tapi juga mereview apa yang telah dibaca.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan Moh. Hasan Sanjaya menjelaskan pada 2019, pihaknya akan menghidupkan kembali perpustakaan multimedia yang sudah tidak aktif sejak 2016. “Sejarah perpustakaan multimedia di Sulawesi Selatan telah menjadi sampel percontohan untuk wilayah Indonesia Timur. Bahkan, sejumlah provinsi lain pun kerap datang untuk belajar tentang perpustakaan multimedia,” ujar Hasan. Dari sekitar 3.000 pengelola perpustakaan desa di Sulawesi Selatan, lebih dari setengahnya cukup aktif dalam mengelola perpustakaan desa, terang Hasan.
Menanggapi Center of excellence, Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengatakan akan melanjutkan program tersebut namun harus bertransformasi pemikiran. Bukan sekedar mengumpulkan koleksi-koleksi naskah nusantara lalu kemudian menjadikannya koleksi unggulan per wilayah. “Program yang ada saat ini sudah berjalan sudah baik dan harus dianggarkan kaitannya dengan pengayaan dan memastikan konektivitas antarwilayah ini berjalan,” pinta Muhammad Syarif. Syarif menegaskan bahwa visi Perpusnas adalah kegemaran membaca sehingga dapat terukur indeks literasi masyarakat Indonesia.
Reportase : Arwan Subakti
sumber:https://www.perpusnas.go.id/news-detail.php?lang=id&id=180906052456TzB1LcSKQ5