Perpustakaan Kini Masuki Era Industri 4.0
Lhoksukon, Aceh Utara - Perpustakaan Nasional sebagai pemerintah pusat wajib mengimplementasikan program revolusi mental dalam tugasnya mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai amanat UUD 1945. "Revolusi mental adalah cara mengubah sifat negatif menjadi positif dan buku merupakan salah satu media yang dapat mengubah ideologi atau mindset seseorang," ujar Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando dalam Safari Gerakan Nasional Pembudayaan Kegemaran Membaca di Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, Selasa, (17/7).
Di era serba digital saat ini, perpustakaan harus bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat melalui penggunaan teknologi informasi, sehingga dampak positifnya terhadap pengembangan sumber daya manusia dan kesejahteraan masyarakat bisa dirasakan. Perkembangan dunia saat ini sangat cepat berubah. Penggunaan teknologi pun sudah memasuki era industri 4.0. Kepala Perpusnas menerangkan pada industri 1.0 yang terjadi pada rentang tahun 1750 -1850 M, tenaga manusia dan hewan yang sebelumnya menjadi andalan dalam keseharian dan aktviitas produksi mulai digantikan oleh tenaga mesin.
Penemuan mesin uap oleh James Watt mengubah pola peradaban dunia. Roda industri semakin efisien, tidak lagi menggunakan tenaga manusia ataupun hewan. Pada industri 2.0 yang terjadi pada tahun 1870-1914 M, banyak teknologi yang ditemukan, seperti motor listrik, baja, dan lainnya. Teknologi industri 2.0 juga dinamai dengan abad pemikiran (Age of Reason). Banyak industri-industri lahir pada masa itu.
Era indsutri 2.0 berakhir, manusia mulai menemukan dan mengembangkan ragam teknologi yang kian memudahkan. Dunia menamai dengan sebutan industri 3.0, yang berkembang pada kisaran tahun 1970-2018 M. Penemuan internet, perkembangan semi konduktor, dan otomasi industri menjadi motor utama era industri 3.0. Sedangkan pada industri 4.0 teknologi semakin canggih dengan berkembangnya cyber physical system, kecerdasan buatan (artificial intelligent), dan teknologi terkini lainnya.
Bupati Aceh Utara Muhammad Thaib sependapat dengan Kepala Perpusnas bahwa perpustakaan sangat penting dalam perannya membudayakan kegemaran membaca sehingga dapat merubah mindset seseorang untuk menjadi lebih baik. "Banyak contoh keberhasilan dari memanfaatkan perpustakaan, seperti kisah sukses petani garam yang didapat dari membaca di perpustakaan," terang Thaib. Sektor pendidikan harus menerapkan revolusi mental dengan merubah mindset untuk mendidik generasi handal melalui membaca. "Sekolah harus melarang anak didiknya membawa handphone ke sekolah dan memperbanyak membaca buku," usul Thaib dalam kebijakannya.
Anggota Komisi X DPR RI Muslim yang juga mewakili daerah pilihan Nanggroe Aceh Darussalam II mengatakan bahwa Perpustakaan Nasional adalah salah satu mitra strategis Komisi X DPR RI, dimana Komisi X DPR RI membidangi pendidikan, pariwisata, ekonomi kreatif, olahraga, budaya, dan kepemudaan. "Singapura, Jepang, Korea Selatan merupakan negara maju di Asia dikarenakan budaya membacanya tinggi. Harapannya dengan adanya safari ini dapat meningkatkan kegemaran membaca sehingga semua sektor akan cepat maju," harap Muslim.
Muslim menyampaikan pemerintah semangat dalam meningkatkan kegemaran membaca karena dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan masyarakat. Anggota Komisi X DPR RI tersebut juga menjelaskan saat ini gedung fasilitas layanan Perpustakaan Nasional adalah yang tertinggi di dunia. "Tingginya gedung Perpustakaan Nasional juga dilengkapi kecanggihan teknologi canggih sehingga semua masyarakat dapat mengakses," terang Muslim.
Reportase : Arwan Subakti
sumber:https://www.perpusnas.go.id/news-detail.php?lang=id&id=1807180656150YmzvqiSRh