Perpustakaan Nasional Dukung Program The Habibie Center Untuk Hak-Hak Perempuan
Medan Merdeka Selatan, Jakarta –Memperingati Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret 2019, The Habibie Center (THC) menyelenggarakan Gelar Wicara dan Pameran bertema “Perempuan Penggerak Perdamaian (PERAN) di Auditorium Soekarman Perpustakaan Nasional, Jakarta, (4/3). Gelar Wicara menghadirkan lima pembicara yaitu Sakidyah Ma’ruf, Cherly C. laisina, Atun Wardatun, Lily Puspasari dan Nurina Vidya Hutagalung.
Dalam sambutannya, Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengapresiasi The Habibie Center mengambil bagian membangun peradaban melalui perpustakaan. Kepala Perpusnas menjelaskan perpustakaan adalah institusi peradaban yang memuat nilai-nilai keadilan, demokrasi dan semua nilai-nilai kemanusiaan. “Jadi, kalau bicara tentang perempuan penggerak perdamaian esensinya sangat tepat untuk bisa jadi juru damai, karena sejatinya secara kodrat dan hakikat kemanusiaan ada pada seorang ibu,” tutur Syarif. Tetapi pada persoalan sehari-hari menurutnya kaum perempuan masih termarjinalkan dan peran perempuan dirasa belum maksimal. Oleh sebab itu, Muhammad Syarif menyampaikan langkah yang telah dilakukan melalui “PERAN” oleh The Habibie Center sangat tepat dalam mendukung peran aktif perempuan dalam membangun peradaban dan nilai-nilai kemanusiaan.
Direktur Eksekutif The Habibie Center Hadi Kuntjara, menjelaskan gelar wicara merupakan puncak dari program kegiatan “Perempuan Penggerak Perdamaian” hasil kolaborasi The Habibie Center dengan UN Women. “Alhamdulillah, dalam kurun waktu tujuh bulan ini telah terlaksana di Nusa Tenggara Barat dan Maluku,” jelasnya.Di kedua provinsi tersebut, The Habibie Center bekerja sama dengan Nusatenggara Centre dan Institute Tifa Damai Maluku melaksanakan empat pelatihan fasilitator dialog dan mediasi, serta empat belas dialog tingkat komunitas. Sebagian besar peserta program adalah perempuan dari berbagai latar belakang, mulai dari ibu rumah tangga, guru PAUD, dosen, mahasiswa, aktivis hingga wartawan.
Program Management Specialist UN Women Indonesia, Liliy Puspasari, juga menerangkan bahwa UN Women adalah suatu bentuk komitmen yang menjadi kerangka bersama di tingkat global yang berkaitan dengan hak-hak perempuan dan anak perempuan untuk bebas dari situasi konflik yang berperan aktif dalam memberikan kontribusi untuk menciptakan perdamaian dan memastikan hak mereka terpenuhi dalam situasi konflik maupun pascakonflik di Indonesia. “Komitmen internasional ini juga sudah diadopsi pada berbagai kebijakan dan aturan di tingkat nasional, termasuk rencana aksi nasional sesuai PerPres No. 18 Tahun 2014 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Konflik Sosial,” ujar Liliy.
Reportase : Arwan Subakti
sumber:https://www.perpusnas.go.id/news-detail.php?lang=id&id=190305120658YqGXN92VRv