Sosialisasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial
Pecenongan, Jakarta—Literasi mempunyai peranan penting dalam mendorong kesejahteraan masyarakat, dan perpustakaan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan literasi masyarakat. Literasi merupakan hak dan memberikan manfaat yang nyata, yang didapat melalui pendidikan sekolah maupun program adult literacy (literasi untuk orang dewasa). Program ini menghasilkan manfaat yang melampaui hasil dari pendidikan di sekolah.
UNESCO di tahun 2016 menyatakan Pogram Literasi untuk Orang Dewasa muncul untuk menghasilkan beberapa manfaat, khususnya membangun self esteem (kepercayaan diri) dan empowerment (pemberdayaan) dengan mekanisme pembiayaan yang sama efektifnya dengan pendidikan utama di sekolah. Dan perpustakaan sebagai pusat belajar masyarakat menyediakan informasi dan fasilitas belajar yang berperan penting mendorong peningkatan literasi masyarakat.
Kegiatan literasi dan penyediaan informasi, baik cetak maupun online, perpustakaan berandil besar menciptakan masyarakat yang mempunyai kemampuan literasi lebih tinggi sehingga mendorong perubahan kualitas hidupnya menjadi lebih baik.
“Data melalui tes internasional menunjukkan lebih dari 55% orang Indonesia yang menyelesaikan pendidikan masih mengalami functionally illiterate. Functionally illiterate diartikan kurangnya kemampuan membaca dan menulis untuk mengelola kehidupan sehari-hari dan pekerjaannya yang membutuhkan kemampuan membaca yang melebihi tingkatan dasar,” ujar Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpustakaan Nasional, Ofy Sofiana, saat membuka Sosialisasi Tranformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial, Rabu, (27/3).
Dalam peraturan perundangan secara tegas dijelaskan bahwa masyarakat memiliki hak dalam memperoleh layanan dan mendayagunakan fasilitas perpustakaan. Hal ini juga berlaku untuk masyarakat disabilitas, dengan keterbatasan fisik maupun sosial serta masyarakat yang terisolasi dan terpencil. Pemerintah berkewajiban untuk menggalakkan promosi gemar membaca dengan memanfaatkan fasilitas perpustakaan.
Latar belakang itu yang melandasi Perpusnas sebagai pembina semua jenis perpustakaan dengan dukungan dari Bappenas berinisiatif untuk melakukan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial. Program ini bertujuan memperkuat peran perpustakaan umum dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga kemampuan literasi meningkat yang berujung peningkatan kreativitas masyarakat dan kesenjangan akses informasi.
Paradigma perpustakaan harus dirubah. Dari semula dianggap sebagai gudang buku, kini bertransformasi menjadi perpustakaan yang dapat memberdayakan masyarakat dengan pendekatan teknologi informasi.
“Perpustakaan harus bisa bertransformasi sehingga memiliki peran signifikan dalam meningkatkan kemampuan masyarakat, sehingga dapat mengubah kualitas hidupnya menjadi lebih baik menuju kesejahteraan,” tambah Ofy Sofiana.
Perpustakaan selain menyediakan sumber-sumber bacaan untuk menggali informasi dan pengetahuan juga wajib memfasilitasi masyarakat dengan berbagai kegiatan pelatihan dan keterampilan, yang bertujuan untuk pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat. Dengan upaya tersebut diharapkan performa individu meningkat, sistem dan organisasi perpustakaan menjadi kuat, sehingga berdampak pada membaiknya kualitas layanan perpustakaan dan juga pemanfaatannya oleh masyarakat yang secara otomatis, meningkatkan literasi masyarakat.
Kegiatan Sosialisasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial dihadiri oleh 500 peserta dan pendamping dari 300 desa/kelurahan, 60 kabupaten, dan 21 provinsi penerima bantuan dana alokasi khusus (DAK) 2019.
Reportase : Hartoyo Darmawan
Fotografer : Hartoyo Darmawan
sumber:https://www.perpusnas.go.id/news-detail.php?lang=id&id=190328065053IwHcN3x98C